PatjarKembara

Analisa Sosial Hal Sepele Yang terjadi Sehari-hari

22.16

Tubuh Yang Narsis

Diposting oleh Ade Bagus Kusuma


Konon pada zaman Yunani kuno ada mitologi yang menceritakan Narcis putra dewa air yang berwajah sangat tampan. Pada suatu perjalanan dia haus dan ingin minum di sebuah sungai yang airnya jernih maka tercerminlah wajahnya yang tampan. Ternyata dia jatuh cinta pada dirinya sendiri dan membanggakan ketampanannya secara berlebihan.

Jaman sekarang, wajah sang putra dewa air itu hadir dan merebak di seantero jagat nusantara. Sarkamen politik telah menggejala dalam sebuah tubuh dan fikiran yang rasis, hadir dalam baliho dan kanal-kanal informasi politik yang sarat muslihat dan irasional. Wabah narsis seakan menggejala disetiap jengkal tanah repulik, mulai dari presiden, mantan presiden, hingga politisi kelas kampung yang paling kampungan sekalipun.

Dalam tradisi politik, simulakra menjadi sebuah gejala ilmiah yang mengekspresikan dunia mimpi dan theater of mind. Menciptakan harapan dan dimensi yang menarik dari sebuah roman, dan roman itu berisi testamen-testamen politik yang mendomimasi ruang-ruang publik. masyarakat tidak lagi membeli kucing dalam karung tapi membeli ikan piranha dalam akuarium, yang ketika dipilih lantas memangsa pemilihnya dengan berbagai motif kecurangan politik dan korupsi.

Jika bicara soal theater of mind, maka ada sebuah perbedaan setting dan penampilan tokoh panggung politik kita, tetapi alur dan cerita hampir sama, bisa ditebak dan sarat aksi tipu-tipu. menganggap penonton sebagai mahluk pasif yang siap di invasi hati dan pikirannya. Lihat saja Es Be Ye, Sutrisno, Bachir, Amin Rais, Prabowo, Wiranto, dan yang paling hot aktor pendatang baru kita Rizal Mallarangeng.

Para politisi ini dengan akting yang pas-pasan (dan menganggap selera akting masyarakat kita pas-pasan), meliuk-liuk didepan kamera dengan mulutnya yang kikuk menghapal naskah. Dengan sebuah Plot yang sama, "Untuk Kesejahteraan Rakyat". Sayangnya analisis ini masih sangat subyektif, maklum belum ada Piala Citra yang bisa mewadahi akting politisi kita, kalaupun ada pasti sangat melelahkan karena hampir sepanjang hari mereka berakting, apalagi ketika didepan wartawan dan media.

Kembali pada Kenarsisan Politisi kita, (mohon maaf saya sebenarnya juga narsis, semoga ini juga menjadi otokritik bagi saya pribadi). Melihat laporan daftar caleg, ada sebuah kejanggalan yang mungkin mengubah sistem pengetahuan kita, ternyata narsis juga menurun secara genetis. Kalau tidak percaya di cek aja di KPU (Komisi Pemilihan Umum), daftar caleg rata-rata dihuni oleh Anak, Paman, Istri, kakak, kakek, dan adik ketua partai. maka jangan heran kalo narsisme politik juga memberi gambaran sebuah Album keluarga yang terpampang melalui poster-poster dan pamflet yang tersebar di jalan-jalan.

Apakah ada yang salah dengan keadaan ini?. kita tidak usah ribet mikir yang aneh-aneh..ikuti aja teori pakar kapitalis kita "selalu ada peluang". Maka gejala narsis kolektif ini harus segera direspon secara agresif oleh dunia usaha, industri percetakan, sablon kaos, Konsultan kampanye, Lembaga survey. Why? karena untuk menjadi narsis jelas butuh banyak biaya, butuh banyak publikasi, dan butuh sebuah pencitraan yang profesional.

Publikasi yang massif tentu bisa dijalankan oleh media dan industri percetakan dan tentu ini akan lebih menggeliatkan sektor riil yang bisa menyelamatkan kita dari krisis global bawaan Amerika. Sementara untuk bisa tampil hebat, terlihat intelek dan berwibawa dibutuhkan seorang konsultan kampanye. Bagaimana cara tersenyum, tertawa, pura-pura empati terhadap kaum papa, ini merupakan garapan konsultan politik apalagi kalo konsultanyya lulusan Amerika,,bisa2 kebanjiran order. Dan yang tidak kalah strategisnya adalah bagi perkembangan Lembaga Survei, Jelas bagi orang2 narsis mengukur popularitas itu luar biasa penting, setidaknya untuk menenangkan hatinya bahwa masyarakat sudah mengaguminya, terlepas dari cara dan metode surveinya.

Narsis telah menjadi sebuah gejala sosial yang merambat dari dimensi pribadi hingga dimensi politik. So, menonton orang-orang narsis beserta atribut kenarsisannya kadang bisa menjadi hiburan tersendiri dan peluang usaha yang menggiurkan. Maka kita harus menciptakan situasi agar kenarsisannya tetap terjaga dan tentu saja..harus menguntungkan kita..haha..
Selengkapnya...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ketika Sang Narsis menganalisa sesuatu yang narsis pula.......